Kata menyerah tidak ada dalam kamus hidup Ni Nengah Widiasih
Paris, Ceritaslot88.com – Lifter kelas 41 kilogram, Ni Nengah Widiasih, tampil di La Chapelle Arena, Paris, Prancis, pada Rabu (4/9/2024), dengan upaya terbaiknya meskipun dalam kondisi fisik dan mental yang tidak ideal. Lifter asal Karangasem, Bali, ini masih berduka atas kepergian ibunya yang baru saja meninggal. Di tengah perjuangannya untuk membanggakan “Merah Putih” di Paris, dia juga masih berjuang dengan cedera bahu yang belum sepenuhnya pulih.
Meskipun masih berduka, lifter yang akrab disapa Widi tetap memegang teguh tanggung jawabnya sebagai atlet pelatnas Paralimpiade Paris 2024. Dia terus berlatih bersama dua lifter putri lainnya yang juga lolos ke Paris, yaitu Siti Mahmudah (kelas 79 kg) dan Sriyanti (kelas +86 kg), di Hotel Sahid Prince, Surakarta, Jawa Tengah. Di salah satu ruangan hotel yang diubah menjadi tempat latihan, ketiga lifter putri ini menjalani program intensif sebagai persiapan menuju Paralimpiade Paris.
Di final Paralimpiade Paris 2024 yang berlangsung di La Chapelle Arena, Widi mencoba mengangkat beban 101 kg pada angkatan pertama namun mengalami kegagalan. Sebelum melakukan angkatan kedua, Widi menutup matanya dan menengadahkan kepalanya sejenak sebelum berbaring di bench press. Dengan semangat, dia akhirnya berhasil mengangkat beban seberat 101 kg pada angkatan kedua dan bersorak, “Yaappp!” sebagai ungkapan kemenangan.

Angkatan Ketiga
Pada angkatan ketiga yang merupakan kesempatan terakhir, Widi meningkatkan beban menjadi 106 kg. Angkatan ini menjadi sebuah “taruhan” bagi Widi. Jika dia berhasil melakukannya, peluangnya untuk meraih medali perunggu akan semakin besar.
Sebelum melaksanakan angkatan terakhir, Widi menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam. Sayangnya, dia tidak berhasil pada angkatan ketiga tersebut. Akibatnya, Widi harus puas berada di peringkat kelima dengan angkatan 101 kg.
Dari segi angkatan, Widi menunjukkan kemajuan yang signifikan. Pada Paralimpiade Tokyo 2020, dia meraih medali perak di kelas 41 kg dengan angkatan 98 kg, sedangkan pada Paralimpiade Rio 2016, dia memenangkan medali perunggu dengan angkatan 95 kg. Di level Asia, pada Asian Para Games Hangzhou 2022 yang digelar pada tahun 2023, Widi juga sukses meraih medali perak di kelas 45 kg dengan angkatan 98 kg.
Medali emas diraih oleh lifter China, Cui Zhe, yang berhasil memecahkan rekor Paralimpiade dengan angkatan 119 kg. Medali perak jatuh kepada lifter Nigeria, Esther Nworgu, dengan angkatan 118 kg, sementara medali perunggu dimenangkan oleh lifter Brasil, Lara A de Lima, dengan angkatan 109 kg.
baca juga artikel lain tentang: Film Deadpool 3 Kembali ke dunia kacau Deadpool

Widi tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Padahal, sehari-harinya, ia adalah sosok yang ramah dan selalu riang. ”Mohon maaf kali ini belum bisa membawa pulang medali di Paralimpiade keempat saya. Saya sudah berjuang semaksimal mungkin, dengan sekuat tenaga. Terima kasih semua atas doanya,” ujar Widi seraya menahan tangis.
Widi, yang membuat debutnya di Paralimpiade pada edisi London 2012, menjelaskan bahwa angkatan pertama dengan beban 101 kg adalah bagian dari strateginya. Untuk angkatan ketiga, dia memilih meningkatkan beban menjadi 106 kg, mempertimbangkan peluang yang seimbang, yaitu 50-50, dibandingkan dengan lifter Brasil.
”Saya mencoba peruntungan di sana, tapi Tuhan berkehendak lain. Saya sudah berjuang dengan maksimal dengan segala kondisi,” ucapnya kemudian.
Menurut Widi, persiapan sebelum berangkat ke Paris berjalan dengan baik, meskipun dia mengalami masalah dengan cedera bahu. Namun, Widi menegaskan bahwa dia tidak ingin menjadikan cedera tersebut sebagai alasan atas kekalahannya pada hari itu.
”Cedera masih terasa (sakit). Beberapa bulan lalu, sobek di tendon dan menyebar di dua bahu karena posisi scapula tidak benar. Harapannya, setelah ini, saya bisa (ikut) pemulihan lebih baik lagi,” katanya.
Eko Supriyanto, pelatih angkat berat Indonesia, juga menyampaikan permintaan maaf melalui pesan tertulis karena belum berhasil meraih medali. Eko sebelumnya telah menyatakan bahwa peluang angkat berat Indonesia untuk mendapatkan medali sangat tipis.
Dari cabang boccia, trio Indonesia yang terdiri dari Felix Ardi Yudha, M Afrizal Syafa, dan Gischa Zayana berhasil mencapai semifinal nomor tim campuran BC1/BC2 di South Paris Arena pada Rabu. Mereka mengalahkan tim Inggris dengan skor 3-0 melalui babak tie-break setelah pertandingan selama 6 babak berakhir imbang 7-7. Semifinal antara Indonesia dan Jepang dijadwalkan berlangsung pada Rabu pukul 17.00 waktu Paris atau pukul 22.00 WIB.